Nikel merupakan mineral tambang yang ditemukan pada tahun 1751 oleh Cronstedt. Nikel berasal dari pelapukan batuan ultrabasa. Kandungan nikel tertinggi umumnya berasal dari batuan peridotit dan
batuan dunit yang didominasi oleh mineral olivin yang kaya akan nikel. Endapan nikel di alam berupa endapan perimer dan endapan sekunder berupa laterit nikel. Endapan nikel primer terdapat pada lingkungan batuan
ultrabasa dan basa. Adapun endapan nikel laterit merupakan hasil dari pelapukan batuan ultrabasa dan basa yang mengalami
transportasi menjauh dari sumbernya dan berkumpul di suatu cekungan sedimen.
Nikel bersifat tahan karat, tahan terhadap asam dan mudah ditempa. Karena sifatnya tersebut, nikel banyak digunakan di berbagai industri logam sebagai logam pelapis, pembentuk baja nirkarat dan berbagai
instrumen transmisi listrik. Adapun manfaat spesifik nikel dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah untuk pembuatan peralatan dapur, pembuatan koin, pembuatan pesawat terbang, pembuatan reaktor nuklir,
pembuatan baterai, pembuatan alat-alat medis, pembuatan bahan-bahan kosmetik, pembuatan permukaan yang tahan terhadap goresan, pembuatan mesin-mesin dan pembuatan bearing. Berdasarkan Booklet Nikel 2020 yang
dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih nikel RI mencapai 4,5 miliar ton. Adapun sumber dayanya diperkirakan jauh lebih besar lagi, yakni 11,7 miliar ton. Kementerian ESDM
mencatat per 2020 cadangan saprolit (nikel dengan kadar > 1,5%) sebesar 2,6 miliar ton yang ditaksir mampu bertahan hingga 2047.
Sedangkan untuk jenis limonit (nikel dengan kadar < 1,5%), cadangannya sebesar 1,7 miliar ton yang diperkirakan mampu bertahan hingga 2093.